Monday, June 9, 2008

Dari pameran Industri kreatif (bag 1)

Reaksi atasan di kantor dan kekuatan industri kreatif

Dalam rangka ikutan pameran, dari hari Rabu tgl 4 Juni kemarin saya mengajukan cuti dari kantor. Dan alhamdulilah, saya tidak mengajukan alasan palsu. Saya bilang saja kalau usaha pribadi saya mengikuti sebuah pameran di JHCC.

Karena saya hanya mengambil cuti 3 hari, hari Jum'atnya kembali masuk kantor. Tugas jaga booth diserahkan ke istri dan sepupu. Gantian dia yang cutilah, kalau terus-terusan bisa repot kita, maklum masih amphibi :)

Ternyata, selama saya tidak masuk 3 hari ada beberapa perubahan terjadi di kantor.
Karena itu, pagi hari saya dipanggil bos untuk diupdate beberapa hal yang terjadi selama 3 hari kemarin dan planning ke depan divisi kami.

Oklah, itu sih biasa..it's normal and should be done by our superior.
Yang agak lain, yah, tentu saja, ujung-ujungnya dia sedikit memberikan opini terhadap usaha yang sedang saya jalankan.
Cuman kok ya. Saya ga tahu, kok sepertinya seperti sedikit diremehkan ya.

Alasannya gini. Karena kebetulan saya berkerja di sebuah divisi pengembangan produk, inovasi dari segala sisi adalah raja. Ini menjadikan perusahaan memiliki sisi kompetitif sehingga kompetitor tidak mudah memasuki pasar.
Saya 100% setuju dengan hal ini. Tapi yang mengganjal buat saya, mengapa hal ini dijadikan alasan untuk "merendahkan" bisnis yang yang produknya notabene "sederhana" dalam hal proses produksinya.
Mosok kita-kita pengusaha mikro ini harus menggunakan teknologi tinggi (nano misalnya), baru kemudian usaha tersebut dianggap layak utk dijalankan.

Anyway, yang orang seringkali lupa, ada faktor kompetensi lain yang khas di dunia industri kreatif, yaitu kreatifitas itu sendiri.
Dengan kreatifitas ini, si pelaku seringkali bisa menciptakan sebuah produk barang maupun jasa dengan tingkat inovasi dan kompetesnsi yang tinggi, terlepas dari masalah teknologi atau hal-hal lainnya.

Di film misalnya. Ada kalanya tercipta sebuah film box office.Walau dari segi pengerjaan, film ini tidak memerlukan special effect super canggih yang memerlukan render farm jutaan dolar untuk mengolah data 3Dnya. Kekuatan dari film ini adalah ide cerita, yang notabene adalah hasil kreatifitas si penulis cerita.

Atau di industri tas misalnya. Disini ada brand bernama Crampler dari Australia. Brand ini adalah sebuah contoh produk yang meletakkan kekuatannya pada daya kreasi. Mereka menciptakan tas dengan desain, grafis dan nama yang unik. Lagi-lagi kekuatan disini bukanlah teknologi semata.

Kembali ke kantor. Yah, memang itulah yang terjadi dan dihadapi saya.
Tapi sikap meremehkan seperti ini tentu saja tidak akan membuat saya jera atau rendah diri. Sebaliknya pandangan seperti ini justru saya anggap sebagai bahan bakar untuk terus semangat dalam menjalankan usaha-usaha saya.

Insya Allah..